Senin, 14 Juli 2008

Jalan yang dianjurkan

Dikutip dari www.tianshiseno.multiply.com/journal

Akhir-akhir ini makin banyak saja orang membicarakan tentang bebas finansial. Anda tidak paham tentang bebas finansial? Ya, berarti Anda ketinggalan.

Konsep bebas finansial mungkin sudah tua umurnya, namun seakan menjadi baru kembali ketika buku Rich Dad Poor Dad tulisan Robert Kiyosaki laris manis di pasaran. Financial freedom, itulah mantra yang dipakai untuk menyihir banyak orang agar terjun ke dunia investasi, dan juga terutama disuarakan para pemasar MLM. Mantra ini memang dahsyat, dan saya pun ikut terkena sihirnya… hehe.

Beberapa tahun lamanya mantra bebas finansial itu memberikan suatu semangat untuk merancang kehidupan finansial yang merdeka, bebas untuk melakukan apa saja. Itu dunia yang sangat indah, dan saya yakin memang indah. Bukankah sangat indah kalau Anda bisa berkarya tanpa harus pusing mikirin duit? Bukankah sangat indah kalau Anda bisa mengerjakan sesuatu karena ingin, dan bukan karena terpaksa?

Sampai suatu ketika istri saya bertanya, “Lah, kalau semua hal ditunda sampai bebas finansial, kapan kita menikmatinya…?”

Saya tercenung. Iya, ya, kalau tiba-tiba saya mati di tengah perjalanan menuju bebas finansial itu, trus semuanya buat apa? Saya ingat sebuah buku yang memuat sebuah cerita tentang seorang istri yang meninggal. Sang suami begitu menyesal dan menangis saat mendapati sebuah baju sang istri di almari yang masih terlipat bagus. Dia ingat, istrinya pernah berkata bahwa baju itu dia simpan agar bisa dipakai pada acara yang istimewa. Kenyataannya sang istri meninggal, dan baju itu belum sempat dipakai! Jadi buat apa baju itu ada? Kenapa tidak dia pakai saja baju bagus itu sehari-hari. Toh selalu bisa dibeli sebuah baju baru lainnya? Pesan moral cerita itu adalah agar kita sadar untuk menikmati keindahan dunia ini saat ini juga, dan tidak menunda-nunda untuk masa yang akan datang. Ya, kalau kita sampai pada masa yang akan datang itu.

Tentunya maksud cerita itu bukanlah kita berfoya-foya hanya untuk masa kini. Maksudnya adalah harus hidup seimbang, menikmati masa kini sekaligus mempersiapkan masa depan. Jadi, jangan terfokus hanya kepada bebas finansial.

Karena itulah jalan yang dianjurkan adalah menapaki jalan damai finansial. Inilah jalan awal yang perlu dituju. Andai, sekali lagi andai, tiba-tiba kita meninggal, maka paling tidak kita sudah mendapatkan kedamaian, sudah punya tabungan yang lebih penting yaitu tabungan akhirat. Sejujurnya saya sering melihat bahwa banyak orang terobsesi dengan jalan bebas finansial, akibatnya hidup mereka tampaknya hanya fokus mengejar kesuksesan dunia. Tak jarang agar cepat sukses, tampak sekali ambisi yang berlebihan hingga tidak menikmati suasana di sekitarnya. Fokusnya ada di suatu saat di masa depan, sehingga seperti kehilangan masa kini. Jalan bebas finansial itu panjang. Kiyosaki sendiri memperkirakan bahwa rata-rata seseorang yang berdisiplin untuk meraih bebas finansial memerlukan waktu hingga 20 tahun! Kalau seseorang hanya fokus pada bebas finansial, boleh jadi dia kehilangan nikmatnya kehidupan sepanjang perjalanan tersebut.

Maka inilah jalan yang dianjurkan. Target pertama adalah menjadikan diri kita mencapai kedamaian finansial. Hidup damai dengan bebas hutang dan berkontribusi kepada kehidupan. Uang dipakai sebagai sarana menikmati kehidupan yang bermakna. Tentu ini bukan perkara sepele. Menjadikan diri agar berdisiplin bebas dari hutang memerlukan sikap yang berat bagi banyak orang. Uang selalu saja terasa tidak cukup. Padahal bukan uangnya yang tidak cukup, tapi keinginannya yang melebihi kemampuan. Kalau seseorang sudah mampu mengendalikan dirinya, maka damai finansial merupakan hal yang pasti dapat diraih. Pencapaian di jalan damai finansial ditandai dengan bebas dari hutang dan kegembiraan berkontribusi bagi kehidupan.

jalan FH

Ukuran damai finansial adalah porsi sedekah yang cukup berarti dari penghasilan. Ini menuntut kerelaan yang tinggi. Selain itu ini juga menuntut kita untuk bebas hutang! Mengapa? Karena tidak layak bagi seseorang yang mempunyai banyak hutang untuk banyak bersedekah. Islam mengajarkan bahwa hutang harus didahulukan daripada sedekah, sehingga seorang gharim (orang yang banyak hutang kepada umum) adalah salah satu kelompok yang layak mendapat zakat fitrah!

Lalu mereka yang banyak hutang apakah tidak perlu bersedekah? Salah juga. Dianjurkan bersedekah dalam porsi yang pantas (kecil) sebagai jalan untuk mengatasi masalah hutang itu. Loh, kok paradoks? Bersedekah dalam porsi yang pantas sebagai jalan untuk memakbulkan doa merupakan tuntunan agama pula. Yang tidak boleh adalah sedekah berlebihan, padahal masih banyak hutang.

Seseorang perlu fokus untuk meraih damai finansial ini dahulu, baru kemudian fokus meningkatkan tingkatan pasif income. Dengan demikian jalan yang dianjurkan adalah, berusaha meraih damai finansial dan seterusnya meraih bahagia finansial. Sehingga, kalau saja tiba-tiba Anda terhenti di tengah jalan kehidupan, Anda tidak akan menyesal.

Konsep - khairul @ 9:58 am

Sumber : www.bahagia.blogsome.com

Tidak ada komentar: